Monday, August 13, 2012

Makam Syekh Ngabdullah Selomanik di Kalilembu



                Dusun Kalilembu merupakan salah satu dusun di desa dieng wetan kabupaten Wonosobo. Kondisi wilyahnya cukup curam dan tidak terlalu luas sehingga rumah- rumah dibangun saling berhimpitan dan banyak juga yang berlokasi di tebing yang cukup curam. Kebanyakan mata pencaharian masyarakatnya adalah petani terutama petani kentang.
                Dari pemukiman dapat kita lihat ada sebuah bangunan berbentuk rumah di atas bukit kecil. Bangunan itu merupakan makam dari Syekh Ngabdullah Selomanik yang merupakan penyebar agama Islam di kawasan Dieng. Menurut Kepala Desa Dieng, biarpun sebagian besar masyarakatnya adalah petani, tetapi lebih dari setengah jumlah masyarakatnya sudah menunaikan ibadah haji. Hal ini diawali dengan empat orang warganya yang selama berpuluh-puluh hari berziarah ke makam Syekh Ngabdullah Selomanik dan kemudian bisa menunaikan ibadah Haji dan dengan berziarah dipercaya keinginan akan terpenuhi. Saya sendiri pernah ikut berdoa bersama masyarakat di makam Syekh Ngabdullah Selomanik. Ketika itu masyarakat berdoa agar pembangunan Masjid berjalan lancar.

                Menurut pak M. Nurkhozin selaku kepala dusun kalilembu, mantan Presiden RI, Alm. Gus Dur sendiri dulunya sering berkunjung ke makam Syekh Ngabdullah Selomanik. Bukan hanya itu, selebritis dan pejabat-pejabat pun sering berkunjung kesini.
                Hampir setiap hari Dusun Kalilembu selalu didatangi orang dari luar kota, bahkan ada yang dari luar negeri seperti malaysia yang memiliki tujuan serupa, yaitu ziarah ke makam mbah syeh Ngabdullah Selomanik, yang terletak dibukit kecil sebelah selatan dusun, makam tersebut sangat bersih dan sangat nyaman untuk digunakan sebagai tempat berdoa kepada sang pencipta, hawa sejuk pegunungan Dieng seolah mengelus dengan lembut sekujur tubuh pengunjung. tidak ada yang mengatur peziarah harus melakukan berbagai hal yang kurang mengenakkan seperti di makam lain, yang sering membuat pengunjung jengkel karena dipaksa harus membayar berbagai tarikan dan upeti,banyaknya peminta-minta yang sering memaksa dll.

Monday, July 30, 2012

Menikmati Eksotisme Matahari Pagi di Bukit Sikunir


Dini hari jam 3 pagi, dinginnya udara dieng membuat kami terjaga dari tidur lelap. Suasana desa dieng masih sunyi, gelap, sepi. Sang surya sepertinya masih terlelap di balik hitamnya langit malam. 10° C rasanya sudah lebih dari cukup untuk membuat tangan dan kaki menari-nari sendiri.
Hanya ada 1 alasan sebenarnya mengapa kami rela berlomba dengan sang surya untuk terjaga terlebih dahulu, “Puncak Bukit Sikunir!”. Bukit Sikunir terletak di Desa Sembungan yang konon katanya adalah pemukiman tertinggi di Indonesia, yang tinggi nya lebih dari 2100 mdpl. Kami rela terjaga jam 3 dini hari demi menikmati eksotisme matahari pagi di puncak bukit sikunir. Peralatan untuk bermain di alam pun telah kami siapkan, Rain Coat, Senter, sepatu, dll, sebab alam tak akan pernah memberi belas kasihan walaupun untuk orang-orang berpengalaman.
Jam 3.45 dini hari kami berangkat menggunakan sepeda motor dari desa dieng menuju desa sembungan, kaki bukit sikunir. Jari-jari tangan hampir mati rasa oleh angin malam yang mencium-cium ujung jari ini, dingin sekali. Perlu waktu sekitar 20 menit untuk sampai di kaki bukit sikunir dari desa dieng, melewati pemukiman yang mulai jarang dan jalan sempit berbatu, di beberapa tempat juga melewati pipa-pipa besar milik PT. Geodipa yang berisi uap-uap panas.
Jam 4.10 kami sampai di kaki bukit sikunir, hawa dingin pun semakin erat mendekap. Bintang-bintang mulai banyak sekali bermunculan, sebab tak ada polusi cahaya di sini, yang ada hanya cahaya-cahaya senter dari wisatawan-wisatawan lokal maupun internasional yang juga ingin naik ke bukit sikunir.
Jam 4.20, setelah berdoa, kami mulai mendaki bukit sikunir, dimulai dari jalan berbatu, kemudian masuk ke dalam rimbunnya hutan, namun beberapa bintang masih sanggup mengintip-ngintip dari langit. Perjalanan tidak terlalu melelahkan, 25 menit berjalan, kami pun telah sampai di puncak bukit sikunit, bersiap menunggu sang surya terjaga.
Untuk wisatawan-wisatawan yang ingin datang ke sini, kalian tidak akan kelaparan saat menunggu pagi, sebab warga-warga lokal ada yang berjualan kopi dan pop mie di puncak bukit ini, nikmat bukan, menyeruput secangkir kopi panas di saat dingin tak pernah lelah mendekap, lalu tinggal menunggu surya terjaga dari tidurnya. J
Jam 5.15, di langit sebelah timur rona kemerahan menyibak langit hitam kelam, fajar datang perlahan. Langit pun mulai terang, lalu Gn. Sindoro terlihat jelas berdiri dengan gagahnya, Gn. Perahu Gn. Merapi, Gn. Merbabu dan juga Gn. Lawu. Saat kota menawarkan berjuta kemewahan, alam memberikan keindahan, dengan kesederhanaan. Begitu menawannya pemandangan dari puncak bukit sikunir.
Jam 6.00, matahari mulai naik semakin tinggi, setelah secangkir kopi habis, dan mata telah puas menikmati eskotisme matahari pagi di puncak bukit sikunir, kami bersiap turun. Perjalanan turun sangat singkat, hanya memerlukan waktu 10-15 menit.
Belum juga sampai di kaki bukit, mata kami langsung dimanjakan oleh sebuah telaga yang luas membentang, yang terselimuti oleh gelapnya malam ketika kami datang, telaga cebong namanya. Di pinggiran telaga cebong ada sebuah lapangan bola yang bisa digunakan sebagai camp ground. Satu kata untuk mendeskripsikan bukit sikunir, “EKSOTIS”.
Sekian tentang bukit sikunir, satu dari sekian banyak wisata istimewa di kawasan dieng dan sekitarnya.
  
                                                                                                                                            
*Foto-foto : Ade Setio Nugroho, Kaskus, Travel.detik